Alternatif wisata alam, terutama wisata hutan dan pegunungan di Kecamatan Ambawang terdapat di Desa Teluk Bakung. Potensi Alam yang dimiliki Desa Teluk Bakung ini dapat lebih diberdayakan seiring dengan semakin membaiknya aksesibilitas Jalan Lintas Kalimantan yang melintasi Kecamatan Sungai Ambawang.
Daya Tarik Wisata Alam lain yang menjadi potensi pariwisata di Kecamatan Ambawang adalah memanfaatkan keberadaan Sungai Landak yang melintasi Desa Mega Timur serta keberadaan anak sungai lainnya yang berada di Kecamatan Ambawang. Panorama alam sungai dan kearifan masyarakat lokal di sekitar Sungai Landak, Sungai Ambawang dan anak sungai lainnya merupakan potensi Daya Tarik Wisata Alam. Pengembangannya dapat terpadu dengan kecamatan lain di Kabupaten Kubu Raya yang juga dilalui oleh sungai-sungai tersebut.
Desa Jawa Tengah dan Desa Korek berpotensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Potensi DTW di kedua desa tersebut terutama yang berhubungan dengan DTW budaya yang berkembang di masing-masing desa tersebut.
Desa Korek, Kecamatan Sungai Ambawang berpotensi untuk dikembangkan sebagai DTW Budaya di Kabupaten Kubu Raya. Di Desa Korek ini berdiri rumah panjang (Rumah Betang) yang merupakan rumah budaya adat dayak. Keberadaan rumah betang ini menjadi sangat penting terutama bila dihubungkan dengan pemeliharaan dan pengembangan tradisi masyarakat dayak di lokasi tersebut. Pada waktu-waktu tertentu di rumah betang ini selalu diadakan kegiatan budaya dayak seperti acara naik dangau, upacara buang penyakit padi dan upacara budaya lainnya. Keberadaan budaya dayak di Desa Korek ini ditunjang dengan adanya sanggar-sanggar budaya seperti Sanggar budaya Malahia dan Muaratarino yang konsisten memelihara dan mengembangkan seni budaya dayak. Pada beberapa waktu yang lalu di Desa Korek juga banyak terdapat Rumah Pantek yaitu patung yang terbuat dari kayu ulin yang dibuat sebagai penghormatan kepada tokoh leluhurnya, namun keberadaan rumah Pantek ini pada saat ini sudah sulit ditemui.
Desa Jawa Tengah masyarakatnya sebagian besar masih memegang tradisi dan budaya jawa. Di lokasi ini terdapat bangunan rumah besar 2 (dua) unit yang berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan budayanya. Pada tanggal-tanggal tertentu seperti tanggal 1 syuro atau Bulan Muharam setiap tahunnya selalu dilaksanakan kegiatan budaya sedekahan bumi. Pada acara budaya tersebut, selain kegiatan budaya dan keagamaan juga ditampilkan hiburan-hiburan khas daerah jawa seperti campur sari, wayang kulit, Singa Barong, Pencak Silat, hadrah dan kesenian-kesenian lainnya. Melalui Paguyuban Masyarakat Jawa di Desa Jawa Tengah serta pembinaan dari para tokoh masyarakat di desa tersebut, beberapa kesenian dan tradisi jawa relative berkembang dan terpelihara keberadaannya. Beberapa kesenian seperti pengembangan wayang kulit dan singa barong mengharapkan adanya pembinaan dan bantuan peralatan dari pemerintah daerah. Dengan berkembangnya tradisi jawa di lokasi ini, Desa Jawa Tengah sangat berpotensi sebagai pusat pengembangan budaya jawa di Kabupaten Kubu Raya atau bahkan berpotensi sebagai pusat orientasi budaya jawa di Kalimantan Barat.
Kecamatan Ambawang di lalui oleh Jalan Lintas Kalimantan. Keberadaan jaringan jalan ini menjadi sangat strategis terutama bila dihubungkan dengan pengembangan ekonomi dan budaya bagi bagi masyarakat Kabupaten Kubu Raya. Jaringan Jalan Lintas Kalimantan bukan saja menghubungkan Kabupaten Kubu Raya dengan Kabupaten lainnya di Kalimantan Barat, tetapi menjadi jalan penghubung juga dengan Negara Malaysia.
Beberapa desa di sepanjang koridor Jalan Lintas Kalimantan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai rest area. Di lokasi rest area tersebut selain penyelenggaraan fasilitas beristiharat juga sangat dimungkinkan untuk sekaligus memperkenalkan budaya daerah setempat atau mendirikan pusat-pusat penjualan souvenir wisata dengan ciri khas Kabupaten Kubu Raya. Beberapa desa berpotensi untuk berdirinya rest area sekaligus memperkenalkan budaya setempat. Di Desa Jawa Tengah berpotensi untuk diperkenalkan kepada pengunjung rest area di lokasi tersebut. Di Desa Korek, Lingga dan Pancaroba, budaya dayak dapat diperkenalkan terhadap pengunjung rest area. Begitu juga di Desa Teluk Bakung, pengunjung dapat dimanjakan oleh budaya dan keindahan alam yang ada.
Potensi lainnya yang dimiliki Kecamatan Ambawang adalah keberadaan Terminal Tipe A (Terminal Ambawang) yang akan menjadi terminal terbesar antar Negara yang ada di Kalimantan Barat. Dengan terpusatnya angkutan transportasi antar Negara di terminal ini, Kabupaten Kubu Raya berpotensi untuk didatangi oleh wisatawan lokal (antar kabupaten) dan wisatawan mancanegara (Malaysia dan Brunei Darussalam). Potensi ini tentu saja perlu dioptimalkan oleh pemerintah daerah, terutama instansi yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata. Di lokasi terminal dapat diselenggarakan event-event wisata kuburaya serta menjadi pusat penjualan souvenir wisata khas Kabupaten Kubu Raya.
Lokasi lain yang dapat dikembangkan sebagai lokasi DTW adalah Tugu Ali Anyang di bundaran jalan lintas Kalimantan. Pada saat survey dilakukan (2011) Tugu Ali Anyang ini sudah menjadi orientasi bagi masyarakat lokal untuk menikmati acara wisata di lokasi tersebut. Beberapa kelompok masyarakat mendirikan Forum Komunikasi Pemuda Tugu Alianyang dengan tujuan mengelola areal sekitar tugu untuk kegiatan wisata bagi masyarakat lokal. Pemerintah daerah dapat berperan dengan memberikan penataan di wilayah tersebut.
Akomodasi wisata atau penunjang kegiatan wisata di Kecamatan Sungai Ambawang masih dirasakan kurang. Jenis transportasi juga masih sangat terbatas. Hotel yang ditemui adalah Hotel Surya Alam, terletak di Jalan Lintas Kalimantan. Jenis fasilitas yang dimiliki Hotel Surya Alam diantaranya adalah; Ball Room dengan daya tamping 100 orang dan restaurant. Hotel yang baru berdiri pada tahun 2011 ini belum begitu rame dikunjungi. Tingkat hunian hotel baru mencapai 10-20 % setiap harinya.
Beberapa masyarakat di Kecamatan Ambawang adalah pengrajin Souvenir Wisata. Hasil kerajinan umumnya dipasarkan ke Kota Pontianak atau dipasarkan melalui pameran-pemeran pariwisata. Beberapa jenis kerajianan yang ada diantaranya adalah kerajinan anyaman akar keladi air yang di produksi oleh KUB Barage, Desa Ambawang Kuala. Jenis produksinya adalah tas, topi, tempat kue, tempat buah/bunga, kipas, pot bunga dan piring. (adindabelia.wordpress.com)
Semarak Naik Dango di Sungai Ambawang
Perayaan naik dango, ritual setahun sekali yang dilaksanakan oleh suku Dayak Kanayan berlangsung meriah di Desa Lingga, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ribuan masyarakat memenuhi lapangan rumah panjang adat Dayak yang ada di Desa Lingga, Kecamatan Sungai Ambawang, mulai sekira pukul 09.00 WIB, baru-baru ini.
Kali ini, Kabupaten Kubu Raya terpilih sebagai tuan rumah pelaksanaan perayaan naik dango yang disambut masyarakat sekitar sebagai sebuah perayaan wajib tiap tahun. Aktivitas ini wajib mereka ikuti sebagai rasa syukur menyimpan hasil panen padi mereka selama setahun.
Masyarakat yang hadir berasal dari Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, dan Kabupaten Landak. Upacara adat diisi dengan tarian dari kontingen tingkat kecamatan untuk mengarak berbagai simbol dan menarikan tarian khas naik dango yang dibawakan para remaja Dayak Kanayan.
Kali ini, Kabupaten Kubu Raya terpilih sebagai tuan rumah pelaksanaan perayaan naik dango yang disambut masyarakat sekitar sebagai sebuah perayaan wajib tiap tahun. Aktivitas ini wajib mereka ikuti sebagai rasa syukur menyimpan hasil panen padi mereka selama setahun.
Masyarakat yang hadir berasal dari Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, dan Kabupaten Landak. Upacara adat diisi dengan tarian dari kontingen tingkat kecamatan untuk mengarak berbagai simbol dan menarikan tarian khas naik dango yang dibawakan para remaja Dayak Kanayan.
Menurut Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, naik dango mengingatkan masyarakat Dayak bahwa mereka terhubung langsung dengan alam sekitar, juga kepada Sang Jubata untuk mengucap syukur atas berkah yang diterima oleh masyarakat Suku Kanayan.
“Perayaan ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas berkah yang diberikan Tuhan kepada kita,” katanya pada pembukaan naik dango.
Memang, saat ini banyak kemajuan bidang transportasi dan komunikasi yang membuat banyak orang terbuka akan informasi dan pengalaman budaya lainnya sehingga mempengaruhi gaya hidup seseorang atau masyarakat. Namun, Cornelis berharap masyarakat Dayak Kanayan dapat melakukan penyesuaian dengan gaya hidup modern di luar lingkungan mereka.
”Dengan banyaknya informasi yang terbuka dengan hidup modern, membuat generasi muda tidak terlalu tertarik dengan hal berbau tradisional. Perayaan naik dango ini harus dilestarikan,” harapnya.
“Perayaan ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas berkah yang diberikan Tuhan kepada kita,” katanya pada pembukaan naik dango.
Memang, saat ini banyak kemajuan bidang transportasi dan komunikasi yang membuat banyak orang terbuka akan informasi dan pengalaman budaya lainnya sehingga mempengaruhi gaya hidup seseorang atau masyarakat. Namun, Cornelis berharap masyarakat Dayak Kanayan dapat melakukan penyesuaian dengan gaya hidup modern di luar lingkungan mereka.
”Dengan banyaknya informasi yang terbuka dengan hidup modern, membuat generasi muda tidak terlalu tertarik dengan hal berbau tradisional. Perayaan naik dango ini harus dilestarikan,” harapnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kalimantaran Barat Yusri Zainuddin mengatakan upacara naik dango dilakukan oleh masyarakat suku Dayak yang bertujuan melestarikan budaya daerah sebagai khasanah budaya Nasional.
“Selain memberikan dampak positif terhadap dinamika pembangunan dan ekonomi di tiap-tiap kecamatan,” katanya.
Budaya khas Dayak ini, dikatakan Yusri, dapat menonjolkan peningkatan hasil panen padi. Selain peningkatan sumber daya manusia bidang pertanian juga merupakan upacara yang unik untuk dilihat dan menarik banyak wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal yang datang ke Kalimantan Barat.
“Jelas kami berharap dengan acara tahunan ini, banyak wisawatan yang datang ke Kalbar karena naik dango merupakan ritual adat Dayak yang unik dan layak dinikmati banyak orang,” jelasnya.
Hadir dalam perayaan Naik Dango, Ketua DPRD Kalbar Minsen bersama seluruh Kepala SKPD, beberapa pejabat di kabupaten, seperti Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan dan Pejabat dari Polda Kalbar. (sumber: http://travel.okezone.com )
“Selain memberikan dampak positif terhadap dinamika pembangunan dan ekonomi di tiap-tiap kecamatan,” katanya.
Budaya khas Dayak ini, dikatakan Yusri, dapat menonjolkan peningkatan hasil panen padi. Selain peningkatan sumber daya manusia bidang pertanian juga merupakan upacara yang unik untuk dilihat dan menarik banyak wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal yang datang ke Kalimantan Barat.
“Jelas kami berharap dengan acara tahunan ini, banyak wisawatan yang datang ke Kalbar karena naik dango merupakan ritual adat Dayak yang unik dan layak dinikmati banyak orang,” jelasnya.
Hadir dalam perayaan Naik Dango, Ketua DPRD Kalbar Minsen bersama seluruh Kepala SKPD, beberapa pejabat di kabupaten, seperti Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan dan Pejabat dari Polda Kalbar. (sumber: http://travel.okezone.com )
0 komentar:
Posting Komentar